Rabu, 31 Oktober 2018

LAPORAN PENDAHULUAN DHF


LAPORAN PENDAHULUAN 
DENGUE HAEMORAGIC FEVER (DHF)

A.    DEFINISI

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit menular yang berbahaya. Penyakit ini dapat menimbulkan wabah dan menyebabkan kematian dalam waktu yang siingkat. DBD pertama kali ditemukan di Manila (Filipina) pada tahun 1953. Di Indonesia penyakit DBD ditemukan pada tahun 1968 di Surabaya dan DKI Jakarta. Kini semua provinsi sudah terjangkit penyakit ini (Meilany, 2010).
Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit  yang disebabkan oleh virus Dengue (arbo virus) yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aides aegypti. Demam Berdarah Dengue adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue terutama menyerang anak-anak dengan ciri-ciri demam tinggi mendadak, disertai manifestasi perdarahan dan berpotensi menimbulkan renjatan/syok dan kematian (Aplikasi NANDA NIC NOC jilid 1, 2013).
DHF (Dengue Haemorragic Fever) adalah merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang termasuk golongan arbovirus melalui gigitan nyamuk Aedes aegipty betina.(Hidayat, A. Aziz, 2009).
Demam Berdarah Dengue (DBD) ialah penyakit yang terdapat pada anak dan dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi dan biasanya memburuk setelah 2 hari pertama (Meilany, 2010).

B.     ETIOLOGI
Penyebab demam berdarah dengue (DBD) atau dengue haemorragic fever (DHF) adalah virus dengue. Di Indonesia virus tersebut saat ini telah diisolasi menjadi 4 serotipe virus dengue yang termasuk dalam grup B. Dari arthopedi borne virus (arbovirus) yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4. Ternyata DEN-2 dan DEN-3 merupakan serotipe yang menjadi penyebab terbanyak. Di Thailand dilaporkan bahwa serotipe DEN-2 adalah dominan sementara di Indonesia yang terutama deominan adalah DEN-3 tapi akhir-akhir ini adalah kecenderungan dominan DEN-2. Setelah oleh nyamuk yang membawa virus, maka inkubasi akan berlangsung antara 3-15 hari sampai gejala demam Dengue muncul. (Meilany, 2010.
Menurut (Warsidi, E.2009) Karakteristik nyamuk Aedes aegypti yang menyebarkan penyakit demam berdarah antara lain :
1.      Badannya kecil, warnanya hitam dengan bintik-bintik putih.
2.      Hidup didalam dan disekitar rumah di tempat yang bersih dan sejuk seperti: hinggap di pakaian yang tergantung, vas bunga yang ada airnya atau ditempat kaleng bekas  yang menampung air hujan.
3.      Biasanya nyamuk Aedes aegypti yang menggigit tubuh manusia adalah betina, sedangkan nyamuk jantan manyukai aroma manis pada  tumbu-tumbuhan.
4.      Nyamuk Aedes aegypti menggigit pada siang atau sore hari dengan peningkatan aktivitas menggigit sekitar 2 jam sesudah matahari terbit dan beberapa jam setelah mataharit terbenam, sedangkan malamnya digunakan untuk bertelur.

C.    MANIFESTASI KLINIS
Bentuk ringan demam dengue menyerang semua golongan umur dan bermanivestasi lebih berat pada orang dewasa. Demam dengue pada bayi dan anak berupa demam ringan yang disertai dengan timbulnya ruam makulopapular. Pada anak besar dan dewasa, penyakit ini dikenal dengan sindrom triase dengue yang berupa demam tinggi dan mendadak yang dapat mencapai 40°C atau lebih dan terkadang disertai dengan kejang demam, sakit kepala, anoreksia, muntah-muntah (vomiting), epigastrik discomfort, nyeri perut kanan atas atau seluruh bagian perut dan perdarahan, terutama perdarahan kulit, walaupun hanya berupa uji tourniguet positif. Selain itu, perdarahan kulit dapat berwujud memar atau juga berupa perdarahan spontan mulai dari petechiae (muncul pada hari-hari pertama demam dan berlangsung selama 3-6 hari) pada ekstremitas, tubuh, dan muka, sampai epistaksis dan perdarahan gusi, sementara perdarahan gastrointestinal masih lebih jarang terjadi dan biasanya terjadi pada kasus syok yang berkepanjangan. Pada masa konvalesens seringkali ditemukan eritema pada telapak tangan dan kaki dan hepatomegali. Nyeri tekan sering kali ditemukan tanpa ikterus maupun kegagalan peredaran darah.
Patokan World Health Organization (WHO, 1975) untuk menegaskan diagnosa Dengue Haemorragic Fever (DHF) adalah sebagai berikut :
1.      Demam tinggi mendadak dan terus-menerus selama 2-7 hari.
2.      Manifestasi perdarahan, termasuk paling tidak uji tourniguet positif dan bentuk lain perdarahan/perdarahan spontan (Patechia, purpura, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi) dan hematemesis melena.
Rumpel leed test dengan tekhnik :
a.       Klien diukur tekanan darahnya dan dicari sistol dan diastolnya.
b.      Setelah ketemu kemudian dijumlahkan lalu dibagi dua.
c.       Hasil digunakan untuk patokan mempertahankan tekanan air raksa tensimeter.
d.      Pompa lagi balon tensimeter sampai patokan tadi lalu kunci dan pertahankan sampai 5 menit.
e.       Setelah itu buka kuncinya dan mansit dilepaskan.
f.       Kemudian lihat apakah ada petekie / tidak didaerah vola lengan bawah.      Kriteria normal Rumple leede yaitu <10 dalam 1 lingkaran 5 cm.
3.       Pembesaran hati.
4.      Syok yang ditandai dengan nadi lemah dan cepat disertai dengan tekanan nadi yang menurun (20 mmHg atau kurang) tekanan darah yang menurun (tekanan sistolik menurun sampai 80 mmHg atau kurang) dan kulit yang teraba dingin dan lembab, terutama pada ujung hidung, jari dan kaki penderita gelisah serta timbul sianosis disekitar mulut.
5.       

D.    KLASIFIKASI DHF
           DHF diklasifikasikan berdasarkan derajat beratnya penyakit, secara klinis dibagi menjadi 4 Derajat (Menurut WHO, 1986) yaitu :
1.      Derajat I (ringan): Demam mendadak 2-7 hari disertai gejala klinis lain dan manifestasi perdarahan ringan, trombositopenia dan hemokonsentrasi. tourniquet positif.
2.      Derajat II (sedang): Ditemukan pula perdarahan kulit dan manifestasi perdarahan lain.
3.      Derajat III: Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan daerah rendah (hipotensi), gelisah, cyanosis sekitar mulut, hidung dan jari (tanda-tanda dini renjatan).
4.      Derajat IV: Ditemukan dengue shock syndrome dengan tensi dan nadi yang tak terukur.

E.     PATOFISIOLOGI
           Demam Berdarah tidak tertular langsung dari satu orang ke orang lainnya, namun melalui perantara gigitan nyamuk Aedes aegypti. Penderita menjadi infektif bagi nyamuk pada saat viremia, yaitu sejak beberapa saat sebelum panas sampai masa demam berakhir, biasanya berlangsung 3-5 hari, nyamuk menjadi infektif 8-12 hari setelah menghisap darah orang yang infektif dan penderita akan tetap infektif selama hidupnya. Adapun masa inkubasi dari 3-14 hari, biasanya 4-7 hari.
           Virus dengue akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti dan kemudian bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah komplek virus antibodi, dalam sirkulasi akan mengaktivasi sistem komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C3a dan C5a, dua peptida yang berdaya untuk melepaskan histamin dan merupakan mediator kuat sebagai faktor meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan menghilangkan plasma mealui endotel dinding itu.

           Terjadinya trombositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor koagalasi (protambin, faktor V, VII, IX, X dan fibrinogen) merupakan faktor penyebab terjadinya perdarahan hebat, teutama perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF.
           Yang menentukan beratnya penyakit adalah meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah, menurunnya volume plasma, terjadinya hipotensi, trombositopenia dan diatesis hemoragik. Renjatan terjadi secara akut.
           Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma melalui endotel dinding pembuluh darah. Dan dengan hilangnya plasma klien mengalami hypovolemik. Apabila tidak diatasi bisa terjadi anoksia jangan asidosis dan kematian (Warsidi, E. 2009)

F.     PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan untuk menskrining penderita demam dengue adalah melalui uji rumpel leede, pemeriksaan kadar hemoglobin, kadar hematokrit dan hapus darah tepi untuk melihat adanya limpositosis relatif disertai gambar limfosit plasma biru. Pada DD terdapat Leukopenia  padahari ke-2 atau hari ke-3. Pada DBD terjadi leukopenia dan Hemokonsentrasi. Trombositopenia : Trombosit < 150.000/mm3, penurunan progresif pada pemeriksaan periodik dan waktu perdarahan memanjang. Hemokonsentrasi : Hematokrit saat MRS>20% atau meningkat progresif pada pemeriksaan periodik.
Diagnosis pasti didapatkan dari hasil isolasi virus dengue (metode cell culture) atau pun deteksi antigen virus RNA dengue dengan teknik RT-PCR (Reverse Transcriptosi Polymerase Chain Reachon). Namun ketika teknik yang rumit yang berkembang saat ini adalah uji serologi (adanya antibodi spesifik terhadap antibodi total, IgM maupun IgG) (Warsidi, E, 2009).

G.    PENATALAKSANAAN UMUM
Menurut (Meilany, 2010) penatalaksanaan untuk DBD sebagai berikut :
1.      Tirah baring
2.      Makanan lunak, dan bila belum nafsu makan diberi minum 1,5-2 liter dalam 24 jam (susu, air dengan gula) atau air tawar yang ditambah garam.
3.      Medikamentosa yang bersifat simtomatis, seperti hiepertermia diberikan asetamiofen, jangan diberikan asetosal karena bahaya perdarahan.
Sedangkan pada pasien tanda renjatan dilakukan :
a.       Pemasangan infus dan dipertahankan 12-48 jam setelah renjatan teratasi.
b.      Observasi keadaan umum, nadi, tekanan darah, suhu, dan pernapasan tiap jam, serta Hb dan Ht tiap 4-6 jam pada hari pertama selanjutnya tiap 24 jam
c.       Pada pasien DSS diberikan cairan intravena yang diberikan dengan diguyur, seperti NaCl, ringer laktat, yang dipertahankan selama 12-24 jam setelah renjatan teratasi. Bila tidak nampak perbaikan dapat diberikan plasma sejumlah 15-29 ml/kg BB dan dipertahankan selama 12-24 jam. Setelah renjatan teratasi bila kadar Hb dan Ht mengalami penurunan maka diberi transfusi darah.
H.       KOMPLIKASI
Menurut (Warsidi, E, 2009) Komplikasi dari penyakit demam berdarah diantaranya :
1.      Ensepalopati : demam tinggi,gangguan kesadaran disertai atau tanpa kejang
2.      Disorientasi dan penurunan kesadaran
3.      Perdarahan luas
4.      Shock atau renjatan dan dapat terjadi anoksia jaringan

I.      PENCEGAHAN
Menurut (Warsidi, E, 2009) upaya pencegahan harus dilakukan dengan cara yang terbaik, murah, mudah dan dapat pula dilakukan oleh masyarakat umum. Upaya pencegahan tersebut meliputi :
1.      Pencegahan dengan prinsip 3 M :
a.       Menguras: tempat penyimpanan air seperti bak mandi, sekurang-kurangnya seminggu sekali.
b.      Menutup: tempat penyimpanan air agar nyamuk tidak masuk dan berkembang.
c.       Mengubur: barang-barang bekas, seperti kaleng bekas yang dapat menampung air hujan, agartiak menjadi tempat perkembang biakan nyamuk.
2.      Lipatlah pakaian / kain yang tergantung agar nyamuk tidak himggap.
3.      Untuk tempat-tempat air yang sulit untuk dikuras, taaburkan bubuk abate kedalam genangan air tersebut untuk membunuh jentik-jentik nyamuk. Ulangi 2-3 bulan sekali.
4.      Memberantas nyamuk Aedes aegepti, dengan cara: penyemprotan dengan bahan kimia, pengasapan dengan bahan insektisida (fogging).
5.      Memberantas jentik nyamuk dengan menggunakan serbuk abate, dengan cara :

a.       Untuk 10 liter air, cukup dengan 1 gram serbuk abate.
b.      Bila memerlukan abate kurang dari 10 gram caranya: ambil 1 sdm abate dan tuangkan pada selembar kertas, lalu bagilah abate menjadi 2,3 atau 4 bagian sesuai dengan takaran yang dibutuhkan
c.       Setelah dibubuhkan abate, selama 3 bulan bubuk abate tersebut mampu membunuh jentik nyamuk, hendaknya jangan menyikat dinding penampungan air selama 3 bulan setelah dibubuhi abate, dan air yang dibubuhi abate selama takarannya benar tetap aman digunkaan.

J.    FOKUS PENGKAJIAN
1.    Pengkajian Keperawatan
a.    Wawancara
1)    Biodata
                        Meliputi identitas pasien dan identitas keluarga.
2)   Riwayat kesehatan
a)  Riwayat kesehatan saat ini.
biasanya klien mengeluh, antara lain;
·      Demam akut / suhu meningkat tiba-tiba (selama 2 – 7 hari).
·      Sering disertai menggigil
·      Perdarahan pada kulit ( petekie, ekimosis, hematoma ) serta perdarahan lain seperti epitaksis, hematemesis, hematuria dan malena
·      Keluhan pada saluran pernapasan : batuk, pilek, sakit waktu menelan nafas
·       Keluhan pada saluran cerna : mual, muntah, tak nafsu makan, diare, konstipasi
·       Keluhan sistem tubuh yang lain : nyeri atau sakit kepala, nyeri pada otot, tulang dan sendi, nyeri otot abdomen, nyeri ulu hati, pegal-pegal pada seluruh tubuh, kemerahan pada kulit, kemerahan pada muka, pembengkakan sekitar mata, lakrimasi dan fotopobia, otot-otot sekitar mata sakit bila disentuh.

b)   Riwayat kesehatan keluarga.
Apakah pada anggota keluarga yg mengalami penyakit yg sama seperti di derita oleh klien.
3)    Riwayat kesehatan dahulu
            Apakah sebelumnya klien pernah mengalami riwayat penyakit yg sama.
b.  Pemeriksaan Fisik
1)   Keadaan umum
 Kesadaran : bisa saja Composmentis, samnolen, atau koma (tergantung dari derajat penyakit DHF)
TTV : Biasanya terjadinya penurunan dalam pemeriksaan tanda-tanda vital
2)    Kepala
a) Wajah : mengalami kemerahan (flushig), pada hidung terjadi epistaksis
b) Mulut : adanya perdarahan pada gusi, mukosa bibirtampak  kering & kadang-kadang lidah tampak kotor dan adanya hiperemia pada tenggorokan
3) Leher : Tidak ada masalah pada leher
4) Paru : Pernafasan dangkal, ketika dilakukan perkusi biasanya dapat ditemukan bunyi redup lantaran adanya efusi fleura
5)  Jantung : Dapat terjadi anemia karena kekurangan cairan
6) Abdomen : adanya nyeri ulu hati, ketika dilakukan  palpasi dapat ditemukan adanya pembesaran hepar & limpa
7) Ekstremitas : Biasanya di temukan nyeri sendi
8) Kulit : Ditemukan adanya ptekie, purpura, ekimosis, dan  hyperemia serta hematoma.


K.     DIAGNOSA KEPERAWATAN
    Adapun diagnosa keperawatan yang sering dijumpai pada pasien dengan Dengue Hemorhagic Fever :
1.      Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan infeksi virus dengue.
2.      Deficit volume cairan tubuh berhubungan dengan ketidakseimbangan input dan output cairan.
3.      Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia.
4.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik

L.   INTERVENSI KEPERAWATAN
1.      Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan infeksi virus dengue
Kriteria evaluasi :
Peningkatan suhu tubuh dapat teratasi, dengan kriteria :
a.       Suhu tubuh normal (35° C- 37,5° C)
b.      Pasien bebas dari demam
INTERVENSI
RASIONAL
1.      Kaji saat timbulnya demam

2.      Observasi tanda-tanda vital tiap 3 jam.

3.      Beri kompres hangat pada dahi.


4.      Beri banyak minum (±1-1,5 liter/hari) sedikit tapi sering



5.      Ganti pakaian klien dengan bahan tipis menyerap keringat.



6.      Beri           penjelasan        pada keluarga klien tentang penyebab meningkatnya suhu tubuh.

7.      Kolaborasi pemberian obat anti piretik.
1.      Untuk mengidentifikasi pola demam pasien
2.      Tanda-tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien.
3.      Kompres hangat dapat mengembalikan suhu normal memperlancar sirkulasi.
4.      Mengurangi panas secara konveksi (panas terbuang bersama urine dan keringat sekaligus mengganti cairan tubuh karena penguapan)
5.      Pakaian yang tipis menyerap keringat dan membantu mengurangi penguapan tubuh akibat dari peningkatan suhu

6.      Penjelasan yang diberikan pada keluarga klien bisa mengerti dan kooperatif dalam memberikan tindakan keperawatan
7.      Dapat menurunkan demam

2.      Defisit Volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan (defisit volume cairan) tubuh berhubungan dengan ketidakseimbangan input dan output cairan.
Kriteria evaluasi :
Volume cairan tubuh seimbang, dengan criteria :
a.       Turgor kulit baik
b.      Tanda-tanda vital dalam batas normal
INTERVENSI
RASIONAL
1.      Kaji keadaan umum klien dan tanda-tanda vital.

2.      Kaji input dan output cairan.



3.      Observasi adanya tanda-tanda syok.
4.      Anjurkan klien untuk banyak minum

5.      Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan I.V.
1.      Mengetahui dengan cepat penyimpangan dari keadaan normalnya
2.      Mengetahui balance cairan dan elektrolit dalam tubuh/homeostatis.

3.      Agar dapat segera dilakukan tindakan jika terjadi syok.
4.      Asupan cairan sangat diperlukan untuk menambah volume cairan tubuh.
5.      Pemberian cairan I.V untuk memenuhi kebutuhan cairan klien.

3.      Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia.
Kriteria Evaluasi :
Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi, dengan kriteria :
Porsi makan yang disajikan dihabiskan.
INTERVENSI
RASIONAL
1.      Kaji keadaan umum klien

2.      Beri makanan sesuai kebutuhan tubuh klien.

3.      Anjurkan orang tua klien untuk memberi makanan sedikit tapi sering.

4.      Anjurkan orang tua klien memberi makanan TKTP dalam bentuk lunak



5.      Timbang berat badan klien tiap hari.

6.      Kolaborasi pemberian obat reborantia.
1.      Memudahkan untuk intervensi selanjutnya
2.      Merangsang nafsu makan klien sehingga klien mau makan.

3.      Makanan dalam porsi kecil tapi sering memudahkan organ pencernaan dalam metabolisme

4.      Makanan dengan komposisi TKTP berfungsi membantu mempercepat proses penyembuhan.

5.      Berat badan merupakan salah satu indicator pemenuhan nutrisi berhasil.

6.      Menambah nafsu makan

4.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
Kriteria Evaluasi :
a.       Kebutuhan aktivitas sehari-hari terpenuhi
b.      Klien mampu mandiri setelah bebas demam
INTERVENSI
RASIONAL
1.      Kaji hal-hal yang mampu dilakukan klien.

2.      Bantu klien memenuhi kebutuhan aktivitasnya sesuai dengan tingkat keterbatasan klien


3.      Beri penjelasan tentang hal-hal yang dapat membantu dan meningkatkan kekuatan fisik klien.



4.      Libatkan keluarga dalam pemenuhan ADL klien

5.      Jelaskan pada keluarga dan klien tentang pentingnya bedrest ditempat tidur.
1.     Mengetahui tingkat ketergantungan klien dalam memenuhi kebutuhannya.
2.     Bantuan sangat diperlukan klien pada saat kondisinya lemah dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari tanpa mengalami ketergantungan pada orang lain.

3.     Dengan penjelasan, pasien termotivasi untuk kooperatif selama perawatan terutama terhadap tindakan yang dapat meningkatkan kekuatan fisiknya.

4.     Keluarga merupakan orang terdekat dengan klien

5.     Untuk mencegah terjadinya keadaan yang lebih parah


DAFTAR PUSTAKA

Dongoes, E.Marlyn ,dkk. 2010. .Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman nutuk Perawatan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.Jakarta : EGC.

Meilani. 2010. Penyakit Menular di Sekitar Kita. Klaten: PT Intan Sejati.

Warsidi, E. 2009. Bahaya dan Pencegahan DBD. Bekasi: Mitra Utama.

Wilkinson, Judith. M. 2011. Buku saku diagnosa keperawatan: diagnosis NANDA, Intervensi NIC, kriteria hasil NOC. Jakarta: EGC.

1 komentar:

ANALISIS JURNAL PSIKORELIGI

ANALISIS JURNAL  KEPERAWATAN JIWA A.     JURNAL KEPERAWATAN JIWA 1.       Judul Jurnal Pengaruh Terapi Psikoreligi Terhadap Pe...