SISTEM ENDOKRIN
“DIABETES MILLETUS”
Di susun oleh :
1. AAN JULIANTO 131420129530001
2. ADELLA ARY
DIANTY 131420129540002
3. AHMAD BISNU
ASTO SAPUTRA 131420129560004
4. AKHMAD SULUKHI 131420129580006
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN (III A)
STIKES HARAPAN
BANGSA PURWOKERTO
Jalan raden patah No.100, Ledug, Kembaran,
Purwokerto, Jawa tengah
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami
panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan rahmat,serta
penyertaan-Nya,sehingga makalah “DIABETES MILLETUS” ini dapat kami
selesaikan.
Dalam penulisan makalah
ini kami berusaha menyajikan bahan dan bahasa yang sederhana,singkat
serta mudah dicerna isinya oleh para pembaca.kami menyadari bahwa makalah ini
jauh dari sempurna serta masih terdapat kekurangan dan kekeliruan dalam
penulisan makalah ini.Maka kami berharap adanya masukan dari berbagai pihak
untuk perbaikan dimasa yang akan mendatang.
Akhir kata,semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua dan dipergunakan dengan layak sebagaimana
mestinya.
Purwokerto
,29 Oktober 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar belakang..............................................................
2. Tujuan..........................................................................
BAB II PEMBAHASAN
1. Definisi ........................................................................
2. Etiologi.........................................................................
3. Faktor resiko.................................................................
4. Klasifikasi....................................................................
5. Manifesta klinis............................................................
6. Patofisiologi..................................................................
7. Pemeriksaan penunjang................................................
8. Penatalaksanaan...........................................................
9. Diagnosa keperawatan..................................................
10. komplikasi....................................................................
BAB III PENUTUP
1. Kesimpulan .................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu
masalah kesehatan yang
berdampak
pada produktivitas dan dapat menurunkan Sumber Daya Manusia.
Penyakit ini tidak hanya berpengaruh secara
individu, tetapi sistem kesehatan
suatu
negara. Walaupun belum ada survei nasional, sejalan dengan perubahan gaya hidup termasuk pola makan
masyarakat Indonesia diperkirakan penderita
DM ini semakin
meningkat, terutama pada kelompok umur dewasa keatas pada seluruh status sosial ekonomi.
Saat ini upaya penanggulangan penyakit
DM
belum menempati skala prioritas utama dalam pelayanan kesehatan, walaupun diketahui dampak negatif
yang ditimbulkannya cukup besar antara
lain
komplikasi kronik pada penyakit jantung kronis, hipertensi, otak, system saraf, hati, mata dan ginjal.
Diabetes mellitus
adalah penyakit hiperglikemia yang
ditandai oleh ketiadaan absolute insulinatau insensivitas terhadap insulin.
Diabetes mellitus disebabkan oleh oenurunan kecepatan insulin
oleh sel-sel beta pula Langerhans. Biasanya dibagi dalam dua jenis berbeda:
diabetes javanilis, yang biasanya tetapi tak selalu, dimulai mendadak pada
awal kehidupan dandiabetes
dengan awitan maturitas yang dimulai di usia lanjut dan terutama pada
orangkegemukan.Penderita penyakit diabetes mellitus dapat meninggal karena
penyakit yang dideritanya ataukarena komplikasi yang ditimbulkan
oleh penyakit ini, misalnya penyakit ginjal,
gangguan jantung dan gangguan
saraf. Penyebab diabetes mellitus dapat disebabkan oleh berbagai hal,dan
juga terdapat berbagai macam tipe diabetes mellitus. Ada beberapa gejala
yangditiimbulkan bagi penderita diabetes mellitus, serta cara mengobatinya.
Kesemuanya akan dibahas di dalam makalah ini.
1.2
TUJUAN
Adapun tujuan
pembuatan makalah, yaitu untuk mengetahui lebih spesifik mengenai penyakit
diabetes mellitus.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
DEFINISI
Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti
“mengalirkan atau mengalihkan” (siphon). Mellitus berasal dari bahasa
latin yang bermakna manis atau madu. Penyakit diabetes melitus dapat diartikan
individu yang mengalirkan volume urine yang banyak dengan kadar glukosa tinggi.
Diabetes melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai dengan
ketidakadaan absolute insulin atau penurunan relative insensitivitas sel
terhadap insulin (Corwin, 2009).
Diabetes mellitus adalalah gangguan
metabolisme yang secara genetik dan klinis termasuk heterogen dengan
manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat, jika telah berkembang penuh
secara klinis maka diabetes mellitus ditandai dengan hiperglikemia puasa dan
postprandial, aterosklerosis dan penyakit vaskular mikroangiopati (Sylvia &
Lorrain, 2006).
Diabetes mellitus adalah
kumpulan gejala yang timbul pada seseorang akibat kadar glukosa darah yang
tinggi yang disebabkan jumlah hormone insulin kurang atau jumlah insulin cukup
bahkan kadang-kadang lebih, tetapi kurang efektif (Sarwono, 2006).
Diabetes Melitus (DM)
adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan metabolik akibat
gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata,
ginjal, saraf, dan pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis dalam
pemeriksaan dengan mikroskop elektron (Mansjoer dkk, 2007)
Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2005, diabetus merupakan
suatu kelompok panyakit metabolik dengan karakterristik hiperglikemia yang
terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.
Diabetes
Mellitus (DM) adalah kelainan defisiensi dari insulin dan kehilangan toleransi
terhadap glukosa ( Rab, 2008)
DM merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kelainan
kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia yang disebabkan defisiensi insulin
atau akibat kerja insulin yang tidak adekuat (Brunner & Suddart, 2002).
2.2
ETIOLOGI
Faktor-faktor penyebab
diabetes melitus antara lain genetika, faktor keturunan memegang peranan
penting pada kejadian penyakit ini. Apabila orang tua menderita penyakit
diabetes mellitus maka kemungkinan anak-anaknya menderita diabetes mellitus
lebih besar.
Virus hepatitis B
yang menyerang hati dan merusak pankreas sehingga sel beta yang memproduksi
insulin menjadi rusak. Selain itu peradangan pada sel beta dapat menyebabkan
sel tidak dapat memproduksi insulin.
Faktor lain yang menjadi penyebab
diabetes melitus yaitu gaya hidup, orang yang kurang gerak badan, diet tinggi
lemak dan rendah karbohidrat, kegememukan dan kesalahan pola makan. Kelainan
hormonal, hormon insulin yang kurang jumlahnya atau tidak diproduksi.
2.3
FAKTOR RESIKO
Riwayat Keluarga
Obesitas
Usia
Kurangnya Aktivitas Fisik
Suka Merokok
Suka Mengkonsumsi Makanan Berkolesterol
Tinggi
Penderita Hipertensi Atau Tekenan Darah
Tinggi
Masa Kehamilan
Ras Tertentu
Tekanan Stres Dalam Jangka Waktu Yang Lama
Sering Mengkonsumsi Obat-Obatan Kimia
2.4 KLASIFIKASI
American Diabetes Assosiation (2005) dalam Aru Sudoyo (2006)
mengklasifikasikan diabetes mellitus menjadi :
1) Diabetes mellitus tipe 1
Dibagi
dalam 2 subtipe yaitu autoimun, akibat disfungsi autoimun dengan kerusakan
sel-sel beta dan idiopatik tanpa bukti autoimun dan tidak diketahui sumbernya.
2) Diabetes mellitus tipe 2
Bervariasi
mulai yang predominan resisten insulin disertai defisinsi insulin relatif
sampai yang predominan gangguan sekresi insulin bersama resisten insulin.
3) Diabetes mellitus Gestasional
Faktor
resiko terjadinya diabetes mellitus gestasional yaitu usia tua,etnik, obesitas,
multiparitas, riwayat keluarga, dan riwayat gestasional terdahulu.Karena
terjadi peningkatan sekresi beberapa hormone yang mempunyai efek metabolic
terhadap toleransi glukosa, maka kehamilan adalah suatu keadaan diabetogenik.
4) Diabetes mellitus tipe lain :
a) Defek genetik fungsi sel beta
b) Defek genetik kerja insulin : resisten insulin tipe
A,leprechaunism, sindrom rabson mandenhall, diabetes loproatrofik, dan lainnya.
c) Penyakit eksokrin pankreas : pankreastitis, trauma / pankreatektomi,
neoplasma, fibrosis kistik, hemokromatosis, pankreatopati fibro kalkulus, dan
lainnya.
d) Endokrinopati : akromegali, sindron cushing, feokromositoma,
hipertiroidisme somatostatinoma, aldosteronoma, dan lainnya.
e) Karena obat atau zat kimia : vacor, pentamidin, asam nikotinat,
glukokortikoid, hormon tiroid, diazoxic,agonis β adrenergic, tiazid, dilantin,
interferon alfa, dan lainnya.
f) Infeksi : rubella konginetal, dan lainnya.
g) Immunologi (jarang) : sindrom “stiff-man” , antibody antireseptor
insulin, dan lainnya.
h) Sindroma
genetik lain : sindrom down, sindrom klinefilter, sindrom turner, sindrom
wolfram’s, ataksia friedriech’s, chorea Huntington, sindrom
Laurence/moon/biedl, distrofi miotonik,porfiria, sindrom pradelwilli, dan
lainnya (ADA, 2005)
2.5
MANIFESTASI KLINIS
Gejala awalnya berhubungan dengan
efek langsung dari kadar gula darah yang tinggi.Jika kadar gula darah sampai
diatas 160-180 mg/dL, maka glukosa akan sampai ke air kemih.
Jika kadarnya lebih tinggi lagi,
ginjal akan membuang air tambahan untuk mengencerkan sejumlah besar glukosa
yang hilang. Karena ginjal menghasilkan air kemih dalam jumlah yang berlebihan,
maka penderita sering berkemih dalam jumlah yang banyak (poliuri).
Akibat poliuri maka penderita
merasakan haus yang berlebihan sehingga banyak minum (polidipsi).
Sejumlah besar kalori hilang ke dalam air kemih, penderita mengalami penurunan
berat badan. Untuk mengkompensasikan hal ini penderita seringkali merasakan
lapar yang luar biasa sehingga banyak makan (polifagi).
Dengan memahami proses terjadinya
kelainan pada diabetes melitus tersebut diatas, mudah sekali dimengerti bahwa
pada penderita diabetes melitus akan terjadi keluhan khas yaitu lemas, banyak
makan, (polifagia) , tetapi berat badan menurun, sering buang air kecil (poliuria),
haus dan banyak minum (polidipsia).
Penyandang diabetes melitus
keluhannya sangat bervariasi, dari tanpa keluhan sama sekali, sampai keluhan
khas diabetes melitusseperti tersebut diatas. Penyandang diabetes melitus
sering pula datang dengan keluhan akibat komplikasi seperti kebas, kesemutan akibat
komplikasi saraf, gatal dan keputihan akibat rentan infeksi jamur pada kulit
dan daerah khusus, serta adapula yang datang akibat luka yang lama sembuh tidak
sembuh (Sarwono, 2006).
Penderita
Diabetes militus umumnya menampakkan
tanda dan gejala dibawah ini meskipun tidak semua dialami oleh penderita :
1. Jumlah urine yang dikeluarkan lebih banyak (Polyuria)
2. Sering atau cepat merasa haus/dahaga (Polydipsia)
3. Lapar yang berlebihan atau makan banyak (Polyphagia)
4. Frekwensi urine meningkat/kencing terus (Glycosuria)
5. Kehilangan berat badan yang tidak jelas sebabnya
6. Kesemutan/mati rasa pada ujung syaraf ditelapak tangan & kaki
7. Cepat lelah dan lemah setiap waktu
8. Mengalami rabun penglihatan secara tiba-tiba
9. Apabila luka/tergores (korengan) lambat penyembuhannya
10. Mudah terkena infeksi terutama pada kulit.
1. Jumlah urine yang dikeluarkan lebih banyak (Polyuria)
2. Sering atau cepat merasa haus/dahaga (Polydipsia)
3. Lapar yang berlebihan atau makan banyak (Polyphagia)
4. Frekwensi urine meningkat/kencing terus (Glycosuria)
5. Kehilangan berat badan yang tidak jelas sebabnya
6. Kesemutan/mati rasa pada ujung syaraf ditelapak tangan & kaki
7. Cepat lelah dan lemah setiap waktu
8. Mengalami rabun penglihatan secara tiba-tiba
9. Apabila luka/tergores (korengan) lambat penyembuhannya
10. Mudah terkena infeksi terutama pada kulit.
2.6
PATOFISIOLOGI
Menurut
Brunner & Sudddart (2002) patofisiologi terjadinya penyakit diabetes
mellitus tergantung kepada tipe diabetes yaitu :
1)
Diabetes Tipe I
Terdapat
ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-sel pankreas telah
dihancurkan oleh proses autoimun. Glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat
disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan
hiperglikemia postprandial (sesudah makan). Jika konsentrasi glukosa dalam
darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang
tersaring keluar akibatnya glukosa tersebut diekskresikan dalam urin
(glukosuria). Ekskresi ini akan disertai oleh pengeluaran cairan dan elektrolit
yang berlebihan, keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Pasien mengalami
peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsi).
2)
Diabetes Tipe II
Resistensi insulin
menyebabkan kemampuan insulin menurunkan kadar gula darah menjadi tumpul.
Akibatnya pankreas harus mensekresi insulin lebih banyak untuk mengatasi kadar
gula darah. Pada tahap awal ini, kemungkinan individu tersebut akan mengalami
gangguan toleransi glukosa, tetapi belum memenuhi kriteria sebagai penyandang
diabetes mellitus. Kondisi resistensi insulin akan berlanjut dan semakin
bertambah berat, sementara pankreas tidak mampu lagi terus menerus meningkatkan
kemampuan sekresi insulin yang cukup untuk mengontrol gula darah. Peningkatan
produksi glukosa hati, penurunan pemakaian glukosa oleh otot dan lemak berperan
atas terjadinya hiperglikemia kronik saat puasa dan setelah makan. Akhirnya
sekresi insulin oleh beta sel pankreas akan menurun dan kenaikan kadar gula
darah semakin bertambah berat.
3) Diabetes
Gestasional
Terjadi pada wanita yang tidak menderita
diabetes sebelum kehamilannya. Hiperglikemia terjadi selama kehamilan akibat
sekresi hormone-hormon plasenta. Sesudah melahirkan bayi, kadar glukosa darah
pada wanita yang menderita diabetes gestasional akan kembali normal.
(Brunner & Suddarth, 2002).
2.7
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penyaring perlu dilakukan pada kelompok
dengan resiko tinggi DM. Yaitu kelompok usia dewasa tua (>40 tahun),
obesitas, tekanan darah tinggi, riwayat keluarga DM, riwayat kehamilan dengan
berat badan lahir bayi >4.000 g, riwaya DM pada kehamilan, dan dislipidemia.
Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan dengan pemeriksaan glukosa darah sewaktu,
kadar gula darah puasa (Tabel 53.1), kemudian dapat diikuti dengan Tes
Toleransi Glukosa Oral (TTGO) standar. Untuk kelompok resiko tinggi yang hasil
penyaringannya negatif, perlu pemeriksaan penyaring ulang tiap tahun. Bagi
pasien berusia 45 tahun tanpa faktor resiko, pemeriksaan penyaring dapat
dilakukan setiap 3 tahun.
Tabel 53.1
kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode enzimatik sebagai patokan
penyaring dan diagnosis DM (mg/dl)
Bukan DM
|
Belum
pasti DM
|
DM
|
|
Kadar
glukosa darah sewaktu
Plasma
vena
Darah
kapiler
Kadar
glukosa darah puasa
Plasma
vena
Darah
kapiler
|
<110
<90
<110
<90
|
110-199
90-199
110-125
90-109
|
>200
>200
>126
>110
|
Cara pemeriksaan TTGO, adalah :
1. Tiga hari
sebelum pemeriksaan pasien makan seperti biasa.
2. Kegiatan
jasmani sementara cukup, tidak terlalu banyak.
3. Pasien puasa
semalam selama 10-12 jam.
4. Periksa
glukosa darah puasa.
5. Berikan
glukosa 75 g yang dilarutkan dalam air 250 ml, lalu minum dalam waktu 5 menit.
6. Periksa glukosa
darah 1 jam sesudah beban glukosa.
7. Selama
pemeriksaan, pasien diperiksa tetap istirahat dan tidak merokok.7
Pemeriksaan
hemoglobin glikosilasi
Hemoglobin glikosilasi merupakan pemeriksaan darah
yang mencerminkan kadar glukosa darah rata-rata selama periode waktu 2 hingga 3
bulan. Ketika terjadi kenaikan kadar glukosa darah, molekul glukosa akan
menempel pada hemoglobin dalam sel darah merah.
Ada berbagai tes yang mengukur hal yang sama tetapi
memiliki nama yang berbeda, termasuk hemoglobin A1C dan hemoglobin A1.
Nilai normal antara pemeriksaan yang satu dengan yang lainnya, serta
keadaan laboratorium yang satu dan lainnya, memilikmi sedikit perbedaan dan
biasanya berkisar dari 4% hingga 8%.
Pemeriksaan
urin untuk glukosa
Pada saat ini, pemeriksaan glukosa urin hanya terbatas
pada pasien yang tidak bersedia atau tidak mampu untuk melakukan pemeriksaan
glukosa darah. Prosedur yang umum dilakukan meliputi aplikasi urin pada strip
atau tablet pereaksi dan mencocokkan warna pada strip dengan peta warna.
Pemeriksaan
urin untuk keton
Senyawa-senyawa keton (atau badan keton) dalam urin
merupakan sinyal yang memberitahukan bahwa pengendalian kadar glukosa darah
pada diabetes tipe I sedang mengalami kemunduran. Apabila insulin dengan jumlah
yang efektif mulai berkurang, tubuh akan mulai memecah simpana lemaknya untuk
menghasilkan energi. Badan keton merupakan produk-sampingan proses pemecahan
lemak ini, dan senyawa-senyawa keton tersebut bertumpuk dalam darah serta urin.
2.7
PENATALAKSANAAN
1. Edukasi
Edukasi pada penyandang diabetes meliputi
pemahamantentang perjalanan penyakit DM, perlunya pengendalian dan pemantauan
DM secara berkelanjutan, penyulit/komplikasi DM dan risikonya, dan cara
penggunaan obat diabetes/insulin. Selain itu, untuk mencapai pengelolaan
diabetes yang optimal pada penyandang DM dibutuhkan perubahan perilaku agar dapat
menjalani pola hidup sehat meliputi:EDUKASIPERENCANAAN
MAKLATIHAN
a. Mengikuti pola makan
sehat
b. Merningkatkan kegiatan
jasmani
c. Menggunakan obat
diabetes dan obat–obatan pada keadaan khusus secara aman dan teratur
d. Melakukan pemantauan
gula darah mandiri
e. Melakukan perawatan kaki
secara berkala
f. Memiliki kemampuan untuk
mengenal dan menghadapi keadaan sakit akut seperti hipoglikemia
2. Diet atau perencanaan makan
Perencanaan makan menggambarkan apa yang dimakan,
berapa banyak, dan kapan makan. Dietisien atau ahli diet dapat membantu membuat
perencanaan makan yang cocok. Makanan sehari- hari hendaknya cukup karbohidrat,
serat, protein,rendah lemak jenuh, kolesterol, sedangkan natrium dan gula
secukupnya. Karbohidrat adalah sumber zat tenaga
dan zat gizi utama yang menyebabkan kadar gula darah naik.Namun penyandang
diabetes tidak usah takut mengkonsumsi karbohidrat. Kebutuhan karbohidrat pada
penyandang diabetes antara 45-65% kebutuhan kalori dengan asupan karbohidrat
tersebar dalam sehari, hindari makan karbohidrat dalam jumlah besar dalam satu
kali makan. Sumber karbohidrat yang dianjurkan adalah karbohidrat kompleks seperti
nasi, roti, mie, dan kentang. Batasi karbohidrat sederhana seperti gula, kue,
tarcis, dodol, sirup, dan madu. Serat merupakan bagian dari
karbohidrat yang tidak dapat diserap tubuh, rendah lemak serta berpengaruh baik
untuk kadar gula darah. Pada umumnya gula darah setelah makan akan naik lebih
lambat bila makan makanan yang mengandung banyak serat. Makanan berikut yang
mengandung banyak serat makanan adalah havermout, kacangkacangan,sayur-sayuran,
dan buah-buahan seperti apel, jeruk, pir, sirsak, jambu biji dan lain-lain. Protein digunakan untuk pertumbuhan & mengganti jaringan tubuh yang
rusak. Sumber protein terdiri dari protein hewani & protein nabati. Sumber protein
hewani utama adalah ikan atau ayam tanpa kulit oleh karena rendah kandungan
lemaknya. Sumber protein lemak sedang seperti daging atau telur sebagai
pengganti protein rendah lemak dapat dikonsumsi kira-kira 3x seminggu.
Sedangkan sumber protein tinggi lemak seperti otak, merah telur, dan jerohan
perlu dibatasi. Sumber protein nabati adalah kacang-kacangan seperti
kacanghijau, kacang merah, kacang tanah, kacang kedele, tahu, & tempe.
Kebanyakan makanan nabati rendah kandungan lemaknya dan mengandung lemak tidak
jenuh tinggi sehingga dapat membantu menurunkan kolesterol darah. Sayuran merupakan bahan makanan yang sehat, tinggi kandungan vitamin,
mineral, dan serat. Sayuran boleh dimakan bebas tanpa dibatasi dan dianjurkan mengkonsumsi
aneka ragam sayuran. Buah-buahan juga merupakan makanan yang
sehat, selain berkalori juga merupakan sumber vitamin,mineral, dan serat.
Dianjurkan makan buah 2 sampai 3 buah sehari. Susu
merupakan sumber protein,
dan mengandung lemak, karbohidrat, dan vitamin serta kalsium Penyandang
diabetes dianjurkan minum susu yang tanpa atau rendah lemak. Bagi yang menyukai
susu dapat menggantikan 1 lauk hewani dengan 1 penuh takar susu.
3. Latihan jasmani
Kegiatan jasmani sehari–hari dan latihan
secara teratur 3-4 kali seminggu selama kurang lebih 30 menit. Tujuan latihan
jasmani untuk menjaga kebugaran,menurunkan berat badan, dan memperbaiki sensitivitas
insulin sehingga akan memperbaiki kendali gula darah. Latihan jasmani yang
dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat aerobik seperti jalan kaki,
bersepeda santai, jogging, dan berenang. Hindarkan kebiasaan hidup yang kurang gerak.
4. Intervensi obat oral farmakologis
Terapi farmakologis diberikan bersama dengan pengaturan
makan dan latihan jasmani. Terapi farmakologis terdiri dari obat oral &
bentuk suntikan insulin. Saat ini terdapat 5 macam obat tablet yang beredar di
pasaran untuk menurunkan kadar gula darah. Beberapa obat yg sering digunakan
adalah:
a. Golongan insulin sekretagok
Obat ini bekerja dengan cara merangsang pankreas untuk
menghasilkan insulin. Obat ini merupakan pilihan utama pada penyandang diabetes
dengan berat badan kurang atau normal. Obat golongan ini terdapat 2 jenis
yaitu: golongan sulfonilurea dan glinid.
b. Golongan Biguanid
Obat yang termasuk golongan biguanid hanyalah metformin.
Obat ini terutama dipakai pada penyandang diabetes gemuk. Penggunaan obat ini
dikontraindikasikan pada gangguan fungsi ginjal & hati. Metformin sebaiknya
diberikan pada saat atau sesudah makan karena dapat menyebabkan mual & iritasi
pada lambung.
c. Golongan Glitazone
Cara kerja obat ini adalah dengan membantu tubuh menggunakan
insulin yang tersedia sehingga lebih efektif. Penggunaan obat ini
dikontraindikasikan pada mereka dengan gagal jantung, penyakit hati akut,
diabetes tipe 1, dan kehamilan.
d. Golongan Penghambat Alpha Glukosidase (Acarbose)
Obat ini bekerja dengan cara menghambat penyerapan glukosa
di usus sehingga mempunyai efek menurunkan gula darah sesudah makan. Obat ini
hanya mempengaruhi konsentrasi gula
darah setelah makan. Efek
samping yang sering terjadi pada penggunaan obat ini adalah perut
kembung, sering buang
angin, dan mencret.
e. Dipeptidyl peptidase-4 (DPP-4) inhibitor
Pengobatan dengan golongan ini merupakan pendekatan baru
pengelolaan DM. Obat ini menghambat pelepasan glukagon, yang pada gilirannya
meningkatkan sekresi insulin, menurunkan pengosongan lambung, dan menurunkan
kadar glukosa darah. Beberapa obat golongan ini sudah masuk di Indonesia sejak
tahun 2007 antara lain vildagliptin dan sitagliptin.
5. Insulin
Insulin diperlukan pada keadaan seperti penurunan berat
badan yang cepat, komplikasi akut DM (hiperglikemia berat yang disertai
ketosis, ketoasidosis diabetik, hiperglikemia hiperosmolar nonketotik,
hiperglikemia dengan asidosis laktat), gagal dengan pengobatan obat diabetes
oral dosis optimal, kehamilan dengan DM, stress berat (infeksi sistemik,
operasi besar, stroke, dll), gangguan fungsi ginjal dan hati yang berat, dan
adanya kontra indikasi/alergi terhadap obat diabetes oral.
2.8
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
Nyeri akut b.d
agen injuri biologis (penurunan perfusi jaringan perifer)
2.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
b.d. ketidakmampuan menggunakan glukose (tipe 1)
3.
Ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh
b.d. kelebihan intake nutrisi (tipe 2)
4.
Resiko syok
5.
Resiko infeksi
6.
Kerusakan intergritas kulit
7.
Retensi urine b.d inkomplit pengosongan
kandung kemih, sefingter kuat dan poliuri
8.
Ketidakefektifan jaringan perifer b.d
penurunan sirkulasi darah keperifer,proses penyakit (DM)
9.
Resiko ketidakseimbangan elektrolit b.d
gejala poliuri dan dehedrasi
2.9
KOMPLIKASI
1). Kerusakan
saraf (Neuropathy)
Sistem saraf tubuh kita
terdiri dari susunan saraf pusat, yaitu otak dan sum-sum tulang belakang,
susunan saraf perifer di otot, kulit, dan organ lain, serta susunan saraf
otonom yang mengatur otot polos di jantung dan saluran cerna. Hal ini biasanya
terjadi setelah glukosa darah terus tinggi, tidak terkontrol dengan baik, dan
berlangsung sampai 10 tahun atau lebih. Apabila glukosa darah berhasil
diturunkan menjadi normal, terkadang perbaikan saraf bisa terjadi. Namun bila
dalam jangka yang lama glukosa darah tidak berhasil diturunkan menjadi normal
maka akan melemahkan dan merusak dinding pembuluh darah kapiler yang memberi makan
ke saraf sehingga terjadi kerusakan saraf yang disebut neuropati diabetik (diabetic
neuropathy). Neuropati diabetik dapat mengakibatkan saraf tidak bisa
mengirim atau menghantar pesan-pesan rangsangan impuls saraf, salah kirim atau
terlambat kirim. Tergantung dari berat ringannya kerusakan saraf dan saraf mana
yang terkena.
2). Kerusakan
ginjal (Nephropathy)
Ginjal manusia terdiri
dari dua juta nefron dan berjuta-juta pembuluh darah kecil yang disebut
kapiler. Kapiler ini berfungsi sebagai saringan darah. Bahan yang tidak berguna
bagi tubuh akan dibuang ke urin atau kencing. Ginjal bekerja 24 jam sehari
untuk membersihkan darah dari racun yang masuk ke dan yang dibentuk oleh tubuh.
Bila ada nefropati atau kerusakan ginjal, racun tidak dapat dikeluarkan,
sedangkan protein yang seharusnya dipertahankan ginjal bocor ke luar. Semakin
lamaseseorang terkena diabetes dan makin lama terkena tekanan darah tinggi,
maka penderita makin mudah mengalami kerusakan ginjal. Gangguan ginjal pada
penderita diabetes juga terkait dengan neuropathy atau kerusakan saraf.
3). Kerusakan mata
(Retinopathy)
Penyakit diabetes bisa
merusak mata penderitanya dan menjadi penyebab utama kebutaan. Ada tiga
penyakit utama pada mata yang disebabkan oleh diabetes, yaitu:
a. retinopati, retina mendapatkn makanan dari banyak pembuluh darah
kapiler yang sangat kecil. Glukosa darah yang tinggi bisa merusak pembuluh
darah retina.
b. katarak, lensa yang biasanya jernih bening dan transparan menjadi
keruh sehingga menghambat masuknya sinar dan makin diperparah dengan adanya
glukosa darah yang tinggi.
c. glaukoma,
terjadi peningkatan tekanan dalam bola matasehingg merusak saraf mata.
4). Penyakit
jantung
Diabetes merusak dinding
pembuluh darah yang menyebabkan penumpukan lemak di dinding yang rusak dan
menyempitkan pembuluh darah. Akibatnya suplai darah ke otot jantung berkurang
dan tekanan darah meningkat, sehingga kematian mendadak bisa terjadi.
5). Hipertensi
Hipertensi atau tekanan
darah tinggi jarang menimbulkan keluhan yang dramatis seperti kerusakan mata
atau kerusakan ginjal. Namun, harus diingat hipertensi dapat memicu terjadinya
serangan jantung, retinopati, kerusakan ginjal, atau stroke. Risiko serangan
jantung dan stroke menjadi dua kali lipat apabila penderita diabetes juga
terkena hipertensi.
6). Penyakit
pembuluh darah perifer
Kerusakan pembuluh darah
di perifer atau di tangan dan kaki, yang dinamakan Peripheral Vascular
Disease (PVD), dapat terjadi lebih dini dan prosesnya lebih cepat pada
penderita diabetes daripada orang yang tidak mendertita diabetes. Denyut
pembuluh darah di kaki terasa lemah atau tidak terasa sama sekali. Bila
diabetes berlangsung selama 10 tahun lebih, sepertiga pria dan wanita dapat
mengalami kelainan ini. Dan apabila ditemukan PVD disamping diikuti gangguan
saraf atau neuropati dan infeksi atau luka yang sukar sembuh, pasien biasanya
sudah mengalami penyempitan pada pembuluh darah jantung.
7). Gangguan pada
hati
Banyak orang beranggapan
bahwa bila penderita diabetes tidak makan gula bisa bisa mengalami kerusakan
hati. Anggapan ini keliru, hati bisa terganggu akibat penyakit diabetes itu
sendiri. Dibandingkan orang yang tidak menderita diabetes, penderita diabetes
lebih mudah terserang infeksi virus hepatitis B atau hepatitis C. Oleh karena
itu, penderita diabetes harus menjauhi orang yang sakit hepatitis karenamudah
tertular dan memerlukan vaksinasi untuk pencegahan hepatitis. Hepatitis kronis
dan sirosis hati (liver cirrhosis) juga mudah terjadi karena infeksi tau radang
hati yang lama atau berulang. Gangguan hati yang sering ditemukan pada
penderita diabetes adalah perlemakan hati atau fatty liver, biasanya
(hampir 50%) pada penderita diabetes tipe 2 dan gemuk. Kelainan ini jangan
dibiarkan karena bisa merupakan pertanda adanya penimbunan lemak di jaringan
tubuh lainnya.
8). Penyakit
paru-paru
Pasien diabetes lebih
mudah terserang infeksi tuberkulosis paru-paru dibandingkan orang biasa,
sekalipun penderita bergizi baik dan secara sosio-ekonomi cukup. Diabetes
memperberat infeksi paru-paru, demikian pula sakit paru-paru akan menaikkan
glukosa darah.
9). Gangguan
saluran makan
Gangguan saluran makan
pada penderita diabetes disebabkan karena kontrol glukosa darah yang tidak
baik, serta gngguan saraf otonom yang mengenai saluran pencernaan. Gangguan ini
dimulai dari rongga mulut yang mudah terkena infeksi, gangguan rasa pengecapan
sehingga mengurangi nafsu makan, sampai pada akar gigi yang mudah terserang
infeksi, dan gigi menjadi mudah tanggal serta pertumbuhan menjadi tidak rata.
Rasa sebah, mual, bahkan muntah dan diare juga bisa terjadi. Ini adalah akibat
dari gangguan saraf otonom pada lambung dan usus. Keluhan gangguan saluran
makan bisa juga timbul akibat pemakaian obat-obatan yang diminum.
10). Infeksi
Glukosa darah yang tinggi
mengganggu fungsi kekebalan tubuh dalam menghadapi masuknya virus atau kuman
sehingga penderita diabetes mudah terkena infeksi. Tempat yang mudah mengalami
infeksi adalah mulut, gusi, paru-paru, kulit, kaki, kandung kemih dan alat
kelamin. Kadar glukosa darah yang tinggi juga merusak sistem saraf sehingga
mengurangi kepekaan penderita terhadap adanya infeksi.
BAB
III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Diabetes berasal dari bahasa Yunani
yang berarti “mengalirkan atau mengalihkan” (siphon). Mellitus berasal
dari bahasa latin yang bermakna manis atau madu. Penyakit diabetes melitus
dapat diartikan individu yang mengalirkan volume urine yang banyak dengan kadar
glukosa tinggi. Diabetes melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai
dengan ketidakadaan absolute insulin atau penurunan relative insensitivitas sel
terhadap insulin (Corwin, 2009).
Klasifikasi
Diabetes Miletus :
1. Diabetes
mellitus tipe 1
2. Diabetes mellitus tipe 2
3. Diabetes
mellitus Gestasional
4. Diabetes
mellitus tipe lain
Penatalaksanaan
:
1. Edukasi
2. Diet atau perencanaan makan
3. Latihan jasmani
4. Intervensi obat oral farmakologis
5. Insulin
DAFTAR
PUSTAKA
Corwin, Elizabeth. 2001.Buku Saku Patofisiologi.Jakarta: EGC
Guyton. 1996. Fisiologi Manusia dan
Mekanisme Penyakit . Jakarta: EG
CIrianto, Kus. 2004.Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia untuk Paramedis. Bandung: